Thursday, March 13, 2008

Vantage Point (2008)

Genre : Drama/Thriller

Pemain : Dennis Quaid, Matthew Fox, William Hurt, Forest Whitaker, Sigourney Weaver

Sutradara : Pete Travis

Penulis : Barry Levy

Produser : Neil H. Moritz

Distributor : Sony Pictures Releasing

Durasi : 90 menit
.
.
Premis film ini cukup menarik, ditambah faktor para pemainnya yang cukup menjanjikan. Cara penyampaian dan tema ceritanya mau tidak mau mengingatkan saya pada serial TV 24, meskipun cukup berbeda.

Bercerita tentang Presiden Amerika Serikat (William Hurt) yang berkunjung ke Salamanca, Spanyol untuk menghadiri konferensi anti teroris. Saat naik ke podium, tiba-tiba presiden tertembak dan diikuti dengan ledakan bom beberapa saat kemudian. Opening scene ini disampaikan melalui sudut pandang seorang produser televisi, Rex Brooks (Sigourney Weaver) bersama para krunya yang sedang meliput konferensi tersebut. Saat Rex dan krunya menyaksikan kejadian penembakan tersebut, tiba-tiba adegan di-rewind dan kembali ke kejadian sebelum presiden ditembak. Dan uniknya, diceritakan melalui sudut pandang yang berbeda.

Selama setengah jam, film ini asyik me-rewind adegan sampai ke saat sebelum penembakan presiden melalui perspektif beberapa tokohnya. Setelah Rex Brooks, berlanjut ke perspektif dari seorang agen secret service, Thomas Barnes (Dennis Quaid) yang bertugas untuk melindungi Presiden. Lalu ada juga seorang polisi lokal, Enrique (Eduardo Noriega), dan seorang turis Amerika, Howard Lewis (Forest Whitaker). Dan terakhir dari sudut pandang Presiden sendiri.
Opening scene-nya adalah adegan yang paling efektif dari film ini. Soal playback scene-nya yang berlangsung tiap kira-kira 15 menit sebenarnya cukup brilian tapi juga berpotensi membuat penonton bosan. Saat adegan presiden ditembak untuk yang ke tiga kalinya, ada penonton di depan saya yang nyeletuk : "pasti balik lagi deh!". Kedua-tiga kalinya sih mungkin masih oke. Tapi lama-lama cukup melelahkan juga menyaksikan kejadian yang kita sudah tahu juntrungannya. Jadinya film ini tampak berputar-putar terus di tempat.

Meski begitu, saya tetap excited untuk menyaksikan film ini sampai beres. Ada beberapa hal yang cukup mengejutkan dan tidak saya duga sebelumnya. Sosok penembak sang presiden sebenarnya sudah bisa ditebak di pertengahan film, tapi tetap menarik untuk diikuti. Adegan klimaksnya juga tampak keren (waktu ambulansnya mau tabrakan, terus wajah pemainnya di close-up satu per satu). Walaupun bermuatan politik, saya rasa film ini tidak terlalu berat dan tetap menghibur dengan kadar action yang seru serta penyajian yang cukup unik.

7/10

No comments:

Post a Comment