Tuesday, May 31, 2011

Compiled Reviews : Double French Gorefest

Inside (2007)

Genre : Horror, Thriller | Pemain : Beatrice Dalle, Alysson Paradis, Nathalie Roussel, Francois-Regis Marchasson | Sutradara : Alexandre Bustillo, Julien Maury | Penulis : Alexandre Bustillo | Distributor : La Fabrique de Films | Durasi : 83 menit | MPAA : Rated R for strong bloody violence, gruesome and disturbing content, and language

Masih ingat Rumah Dara? Film slasher lokal yang berhasil membuktikan bahwa sinema horor Indonesia belum sepenuhnya terperosok dalam jurang kehinaan. Meski orisinalitas bukanlah sesuatu yang bisa ditemukan disini, namun hasil akhirnya sudah sangat memuaskan bagi saya. Berbicara soal orisinalitas, saya jadi ingat ada yang pernah berkomentar bahwa beberapa adegan dalam Rumah Dara mencontek habis adegan yang ada dalam sebuah film slasher produksi negara Perancis berjudul A l'interieur atau Inside untuk judul internasionalnya. Suara sumbang itulah yang membuat saya semakin penasaran dengan film garapan duo Alexandre Bustillo dan Julien Maury ini.

Mari pertemukan seorang wanita hamil dengan seorang wanita psikopat dalam sebuah rumah sepi di malam Natal, maka kita akan disuguhkan sebuah tontonan yang seram, menegangkan, serta tentunya banyak ceceran darah dimana-mana (love it!). Sarah (Allyson Paradis), seorang wanita yang tengah hamil tua, harus menerima kenyataan pahit saat ditinggal mati suaminya dalam sebuah kecelakaan mobil. Tak lama setelah kejadian tersebut, tepat saat malam Natal, seorang wanita misterius berpakaian serba hitam tiba-tiba muncul di depan rumahnya. Saat Sarah yakin bahwa wanita tersebut sudah pergi, ternyata si wanita kurang ajar itu diam-diam berhasil menyelinap ke dalam rumahnya. Lalu dimulailah parade bacok-membacok, tembak-menembak, atau apapun itu, yang pasti banyak darah yang tertumpah di setiap adegannya.

Setelah menonton film ini, ternyata memang ada beberapa adegan yang bisa saya temukan juga di film Rumah Dara. Namun, saya rasa The Mo Brothers (sutradara Rumah Dara) bukannya dengan sengaja mencomot adegan-adegan itu, tapi lebih sebagai tribute bagi film-film slasher dari berbagai belahan dunia. I'm just saying. Di luar itu, Inside berhasil membuat saya terpaku untuk terus menyaksikan menit demi menitnya yang penuh dengan lumuran darah. Saya juga sempat beberapa kali dibuat merinding dan bergidik. Salahkan Beatrice Dalle yang sukses memerankan si wanita brengsek dengan aksi-aksi sadisnya yang terkadang sulit diterima akal sehat. Tapi untuk menikmati film ini memang tidak perlu terlalu banyak berpikir, cukup segarkan mata itu dengan adegan-adegan berdarah yang disajikan. Dan adegan menuju ending berhasil membuat mata saya terbelalak. Saya tidak akan pernah lagi memandang gunting dengan cara yang sama.

Rating : 7/10


High Tension (2003)

Genre : Drama, Horror, Thriller | Pemain : Cecile De France, Maiwen Le Besco, Philippe Nahon | Sutradara : Alexandre Aja | Penulis : Alexandre Aja, Gregory Levasseur, Dean R. Koontz | Distributor : EuropaCorp. Distribution | Durasi : 89 menit (edited version) | MPAA : Rated R for graphic bloody killings, terror, sexual content and language (edited version)

Satu lagi film slasher produksi Perancis yang membuat saya penasaran berkenaan dengan muatan kekerasan yang (katanya) sangat berlebihan dan mengganggu. Oke, sepertinya inilah sajian yang saya butuhkan demi menyegarkan kembali otak yang sudah terlalu panas untuk menerima hal-hal yang memusingkan. Dengan berbekal ekspektasi rendah dan sinopsis samar-samar, akhirnya saya memutuskan untuk menyantap film ini. Tengah malam. Dan apa yang terjadi? Saya puas! Tapi hanya setengah. Ada sesuatu dalam film ini yang sangat mengganggu sehingga gagal membuat saya benar-benar terpuaskan. Ini sama saja dengan gagal orgasme. Duh!


Bercerita tentang dua mahasiswi yang berencana untuk berakhir pekan di tempat tinggal salah satu dari mereka. Lokasi kediaman keluarga Alex (Maiwen Le Besco) memang sangat kondusif untuk melepas lelah karena lingkungannya yang sepi, jauh dari keramaian. Temannya, Marie (Cecile De France), cukup merasa nyaman dengan kondisi yang ada, sampai-sampai ia menyempatkan untuk "memuaskan" diri sendiri sebelum tidur. Kenyamanan ini tidak berlangsung lama, karena saat tengah malam tiba, muncul gangguan dalam wujud seorang pria gemuk bersenjata yang tanpa tedeng aling-aling langsung membantai seisi rumah. Kini hanya tersisa Alex yang entah kenapa tidak segera dibunuh, serta Marie yang keberadaannya belum diketahui sang pembunuh. Dengan modal nekat, Marie kemudian berusaha membebaskan Alex yang kini disekap si pria gemuk berwajah angker itu.

Saya akui, 3/4 bagian dari film ini sangat efektif menjaga intensitas ketegangan yang sanggup membuat penonton terpaku. Permainan kucing-kucingan antara Marie dan si pembunuh dipresentasikan dengan brilian sampai membuat saya beberapa kali menahan napas saking tegangnya. Cukup jarang saya dibuat setegang ini hanya karena sebuah film horor. Untuk itu, saya acungi dua jempol untuk Alexandre Aja atas penyutradaraannya yang brilian. Selain itu, Aja juga terlibat dalam penulisan naskahnya. Untuk itu saya tarik lagi kedua jempol saya dan saya ganti dengan dua jari tengah. Mengapa? Karena naskahnya memiliki klimaks dan ending yang mega idiot. Maaf, itu mungkin berlebihan. Tapi tidak dapat disangkal bahwa penyelesaian yang dipilih Aja terasa begitu pretensius jika tidak mau disebut bodoh dan beresiko merusak film secara keseluruhan. Maksudnya ingin membuat twist, jadinya malah jijay abis. Untung ketegangan di 3/4 filmnya sangat berkesan, jadi saya masih bisa sedikit melupakan endingnya yang sok pintar. Andai saja saya orang penting yang berkuasa atas keseluruhan proses produksi film ini, saya bakal pangkas itu klimaks beserta endingnya yang totally useless. *khayalan super aneh yang terlalu tinggi, bahkan lebih tinggi dari Tom Cruise saat memakai high heels 30 senti sekalipun*

Rating : 6/10