Friday, January 20, 2012

[Event] The 2nd IMBlog Choice Awards : Nominasi Kategori Film Berbahasa Asing


Memasuki pertengahan Januari, euforia musim penghargaan belum juga surut, malah terus meningkat. Dengan berakhirnya ajang Golden Globe beberapa hari yang lalu, serta perhelatan akbar Academy Awards yang baru akan berlangsung akhir Februari mendatang, award fever sepertinya akan semakin memanas. Untuk ikut meramaikannya, para movie blogger Indonesia yang tergabung dalam Indonesian Movie Bloggers (IMBlog) Community, kembali mengadakan event IMBlog Choice Awards, yang kali ini sudah memasuki tahun keduanya. Sama seperti tahun lalu, IMBlog Choice Awards tahun ini juga dibagi menjadi dua bagian, yaitu penghargaan untuk Kategori Film Berbahasa Asing dan penghargaan untuk Kategori Film Indonesia. Namun berbeda dengan tahun lalu, penghargaan untuk Kategori Film Berbahasa Asing akan dilaksanakan terlebih dahulu, yang kemudian akan disusul dengan penghargaan untuk Kategori Film Indonesia di bulan Maret mendatang, berdekatan dengan peringatan Hari Film Nasional.

Untuk masing-masing kategori, pemenang bukan hanya ditentukan oleh para anggota IMBlog Community, namun khalayak ramai juga bisa ikut berpartisipasi. Pemenang yang dipilih oleh anggota IMBlog Community akan disebut "Jawara", sedangkan pilihan oleh non-anggota akan disebut "Tersohor". Bagi anda yang ingin ikut memberi suara, silakan buka link berikut --> Voting Tersohor. Voting akan berlangsung sampai dengan 10 Februari 2012.

Berikut ini adalah nominasi untuk Kategori Film Berbahasa Asing :

FILM
Black Swan
Drive
The King's Speech
The Tree of Life
True Grit

SUTRADARA
Darren Aronofsky, "Black Swan"
Joel & Ethan Coen, "True Grit"
Tom Hooper, "The King's Speech"
Terrence Malick, "The Tree of Life"
Nicholas Winding Refn, "Drive"

NASKAH ADAPTASI
127 Hours (Danny Boyle & Simon Beaufoy)
Drive (Hossein Amini)
Rabbit Hole (David Lindsay-Abaire)
Rise of the Planet of the Apes (Rick Jaffa & Amanda Silver)
True Grit (Joel Coen & Ethan Coen)

NASKAH ASLI
Another Year (Mike Leigh)
Black Swan (Mark Heyman, Andres Heiz & John McLaughlin)
Contagion (Scott Z. Burns)
The King's Speech (David Seidler)
The Tree of Life (Terrence Malick)

PELAKON UTAMA PRIA
Colin Firth, "The King's Speech"
Hunter McCracken, "The Tree of Life"
James Franco, "127 Hours"
Javier Bardem, "Biutiful"
Ryan Gosling, "Drive"

PELAKON UTAMA WANITA
Emma Stone, "Easy A"
Hailee Steinfeld, "True Grit"
Lesley Manville, "Another Year"
Natalie Portman, "Black Swan"
Nicole Kidman, "Rabbit Hole"

PELAKON PENDUKUNG PRIA
Albert Brooks, "Drive"
Brad Pitt, "The Tree of Life"
Christian Bale, "The Fighter"
Geoffrey Rush, "The King's Speech"
Nick Nolte, "Warrior"

PELAKON PENDUKUNG WANITA
Amy Adams, "The Fighter"
Barbara Hershey, "Black Swan"
Elle Fanning, "Super 8"
Jessica Chastain, "The Tree of Life"
Melissa Leo, "The Fighter"

PELAKON BARU
Dakota Goyo, "Real Steel"
Hailee Steinfeld, "True Grit"
Hunter McCracken, "The Tree of Life"
Jessica Chastain, "The Tree of Life"
Liana Liberato, "Trust"

FILM ANIMASI
Kungfu Panda 2
Rango
Rio
The Adventures of Tintin : The Secret of the Unicorn
Winnie the Pooh

OPENING
Another Year
Drive
Scream 4
Rango
The Tree of Life

ENDING
Black Swan
Contagion
Drive
Source Code
The Tree of Life

SPECIAL EFFECT
Harry Potter and the Deathly Hallows : Part 2
Rise of the Planet of the Apes
The Tree of Life
Transformers : Dark of the Moon
X-Men : First Class

LAGU TEMA
"If I Rise" - 127 Hours
"You Haven't Seen the Last of Me" - Burlesque
"A Real Hero" - Drive
"It Will Rain" - The Twilight Saga : Breaking Dawn Part 1
"So Long" - Winnie the Pooh

MUSIK PENGIRING
Drive (Cliff Martinez)
Hanna (The Chemical Brothers)
Harry Potter and the Deathly Hallows : Part 2 (Alexandre Desplat)
The King's Speech (Alexandre Desplat)
The Tree of Life (Alexandre Desplat)

POSTER
Another Year
Black Swan
Drive
Super 8
The Tree of Life

That's it. Let's vote and have fun, folks :)

Monday, December 12, 2011

[Review] Martha Marcy May Marlene (2011)


Genre : Drama, Thriller | Pemain : Elizabeth Olsen, John Hawkes, Sarah Paulson, Hugh Dancy, Brady Corbet, Louisa Krause | Sutradara : Sean Durkin | Penulis : Sean Durkin | Distributor : Fox Searchlight Pictures | Durasi : 102 menit | MPAA : Rated R for disturbing violent and sexual content, nudity and language
"I know who I am. I am a teacher and a leader, you just never let me be that!"
-Martha-

Dari menit-menit awalnya, Martha Marcy May Marlene (MMMM) sudah mulai memancing rasa penasaran saya dengan kesunyiannya. Sekelompok orang terlihat sedang melakukan aktivitas harian mereka di sebuah lahan pertanian yang tampak sepi dan lengang. Ketika malam tiba, para pria menyantap hidangan yang disajikan di meja makan, sedangkan para wanitanya menunggu di ruangan lain dan baru mulai makan setelah semua pria meninggalkan ruangan. Rangkaian adegan pembuka yang singkat ini entah mengapa menguarkan aroma misterius yang membuat saya bertanya-tanya, siapa sebenarnya orang-orang ini. Apakah mereka ini gambaran dari sebuah keluarga yang masih memegang erat tradisi? Atau hanya semacam komune yang mengasingkan diri dan menetap di daerah pinggiran? Rasa penasaran saya semakin menjadi, ketika di pagi harinya seorang wanita muda dalam kelompok tersebut tiba-tiba melarikan diri, diikuti dengan teriakan seorang pria yang memanggilnya dengan sebutan Marcy May. Sebuah set up yang cukup menjanjikan bagi thriller psikologis seperti ini.

Selanjutnya, cerita beralih pada kehidupan Marcy May (Elizabeth Olsen)—yang ternyata bernama asli Martha—pasca meninggalkan kelompok tersebut. Kini Martha menetap di sebuah rumah pinggir danau, kediaman sang kakak, Lucy (Sarah Paulson), dan suaminya, Ted (Hugh Dancy). Setelah dua tahun menghilang tanpa kabar, kembalinya Martha yang tiba-tiba itu tentu saja membuat Lucy dan Ted terkejut. Rasa senang dan kesal bercampur jadi satu. Apa yang sebenarnya ada di pikiran Martha dua tahun lalu, ketika ia tiba-tiba menghilang begitu saja tanpa jejak? Dan apa yang membuat ia akhirnya memutuskan untuk kembali? Martha berdalih bahwa ini berkaitan dengan urusan patah hati. Bahwa kekasihnya berkhianat, sehingga Martha memutuskan untuk meninggalkannya. Sungguh klasik. Namun tentunya penonton tahu, bukan itu alasan sebenarnya. Sedikit demi sedikit, misteri pun terkuak. Seiring dengan rasa penasaran saya yang mulai terbayar.

Sean Durkin, sang sutradara sekaligus penulis naskahnya, mengajak penonton untuk ikut memasuki pikiran Martha, yang bagaikan lorong waktu yang membingungkan, mengaburkan batasan antara masa kini dengan masa lalu. Di sinilah letak kehebatan bagian editingnya. Transisi dari masa kini ke masa lalu Martha saat ia hidup bersama dengan kelompok (yang mungkin bisa dibilang sebagai semacam sekte) itu, ditampilkan dengan mulus. Di beberapa bagian tersebut, saya sempat kebingungan dan berujar, "lho kok?" Sampai akhirnya saya menyadari perpindahan tersebut. Damn, I've been tricked! Seolah-olah saya diposisikan dalam pikiran Martha yang kacau, sulit membedakan mana yang nyata, mana yang sebatas kenangan.


Lalu apa sebenarnya yang membuat Martha nyaris hilang akal? Semua terjawab sedikit demi sedikit dan semakin memuncak saat menjelang akhir. Film ini memang sepi, bukan jenis thriller yang penuh adegan kejar-kejaran antara pembunuh bertopeng dengan mangsanya. Namun jangan salah, anda akan merasakan sensasi ketegangan yang berbeda. Tingkah laku Martha yang semakin aneh dan paranoid, hingga pengungkapan masa lalunya yang gelap, membuat jantung ini berdebar-debar. Coba simak dan hayati adegan saat sang pemimpin sekte, Patrick (John Hawkes), menyanyikan Marcy's Song di depan Martha dan para pengikutnya. Adegan ini sukses membuat saya merinding dan terpaku, seperti Martha yang seolah terhipnotis dengan pesona Patrick yang kharismatik, membawanya semakin jauh ke dalam kegelapan yang membuai. John Hawkes tampil memukau di sini. Lembut, namun auranya mengerikan.

Dari beberapa dialog antara Martha dan Lucy, tersirat bahwa hubungan mereka berdua di masa lalu kurang begitu akrab. Ada masalah dalam keluarga mereka, walaupun tidak dijelaskan secara eksplisit. Ini juga sepertinya yang menjadi alasan mengapa Martha bisa terseret masuk ke dalam sekte pimpinan Patrick. Martha adalah pribadi yang rapuh, merasa terasing di lingkungan keluarganya sendiri. Kondisi inilah yang dimanfaatkan Patrick. Ia merangkul jiwa Martha dengan penuh kelembutan, membuatnya merasa diterima. Hingga akhirnya Martha tersadar, lalu melarikan diri, dengan masih membawa torehan luka hasil perbuatan Patrick. Apa yang dialami Martha selama dua tahun belakangan masih begitu membekas, mempengaruhi kondisi mentalnya. Tingkah lakunya yang tidak wajar semenjak ia kembali tinggal bersama kakaknya, memperlihatkan kegagapannya dalam bersosialisasi di lingkungan "orang normal". Melalui tokoh Martha, MMMM menawarkan sebuah studi karakter yang menarik.

Membicarakan MMMM, tentunya tidak akan lengkap tanpa menyinggung penampilan seorang aktris pendatang baru bernama Elizabeth Olsen. Merasa familiar dengan nama keluarganya? Ya, dia adalah adik kandung dari si kembar tenar, Mary-Kate dan Ashley. Tanpa disangka-sangka, Elizabeth memiliki kualitas seorang bintang yang sebelum ini sepertinya tidak begitu nampak. MMMM bisa dibilang merupakan kendaraannya untuk melesat lebih jauh lagi dalam menggapai status sebagai bintang papan atas Hollywood. Ini bukan pujian asal, karena penampilannya di MMMM memang patut mendapat apresiasi tinggi. Perpindahan timeline yang acak memungkinkan kita untuk melihat karakter Martha dalam emosi yang berganti-ganti pula. Dan Elizabeth Olsen memainkan tugasnya dengan gemilang. Ia sukses menghidupkan karakter Martha / Marcy May / Marlene sehingga tampak believable dan menimbulkan simpati. Mimik wajahnya, gesture-nya, oh my! I gotta say, a star is born.

Jadi, apakah MMMM tidak akan sama tanpa kehadiran Elizabeth Olsen sebagai pemeran utamanya? Bisa jadi. Namun di samping itu, debut layar lebar dari Sean Durkin ini sangat patut diapresiasi dan menjadi awal yang cukup menjanjikan bagi karya-karya selanjutnya di masa mendatang.

Rating : 7.5/10

Sunday, December 4, 2011

[Review] Beginners (2011)


Genre : Comedy, Drama, Romance | Pemain : Ewan McGregor, Christopher Plummer, Melanie Laurent, Goran Visnjic, Kai Lennox, Mary Page Keller | Sutradara : Mike Mills | Penulis : Mike Mills | Distributor : Focus Features | Durasi : 105 menit | MPAA : Rated R for language and some sexual content

"I don't wanna be just theoretically gay. I wanna do something about it."
-Hal-

Beginners adalah feature film kedua dari sutradara Mike Mills yang sebelumnya pernah menggarap sebuah film berjudul Thumbsucker yang diangkat dari novel karangan Walter Kim. Untuk karya sophomore-nya ini, cerita yang ia angkat berasal dari naskah buatannya sendiri. Bukan cerita biasa, karena menurut berbagai sumber yang saya baca, ini terinspirasi dari kisah hidup Mills sendiri. Bagaikan sebuah semi-autobiografi, mungkin bisa dibilang bahwa ini adalah karya yang personal bagi sang sutradara. Sebelum mengetahui cerita di balik penulisan naskahnya pun, saya bisa merasakan keintiman kisah dalam film ini setelah selesai menyaksikannya.

Di awal film, kita diperkenalkan pada sosok Oliver (Ewan McGregor), seorang pria berusia 38 tahun yang baru saja kehilangan ayahnya. Dengan menggunakan narasi orang pertama, yaitu Oliver, kita dibawa kepada kilas balik kehidupan Oliver sebelum kematian ayahnya. Diceritakan bahwa tidak lama setelah kematian ibunya, Georgia (Mary Page Keller), Oliver dihadapkan pada sebuah fakta yang disembunyikan ayahnya selama ini. Hal (Christopher Plummer), sang ayah, mengaku pada Oliver bahwa beliau adalah seorang gay. Setelah came out of the closet, sang ayah mulai mengeksplor sosok dirinya yang selama ini ia sembunyikan. Beliau mulai aktif mengikuti segala kegiatan yang melibatkan komunitas gay, bahkan mulai mendapatkan seorang kekasih baru dalam sosok pemuda yang usianya jauh lebih muda, Andy (Goran Visnjic). Oliver menerima fakta baru ini dengan bijak dan ikut bergembira bersama sang ayah yang jiwanya bagai terbebaskan pasca kematian sang istri. Sampai suatu hari datang sebuah berita mengejutkan. Sang ayah divonis mengidap kanker paru-paru. Hidupnya tidak lama lagi.

Selain menceritakan kisah Oliver sebelum kematian sang ayah, kilas balik ini juga memperlihatkan hubungan antara Oliver kecil (Keegan Boos) dengan ibunya. Melalui adegan-adegan yang diselipi humor gelap namun menyentuh, kita diajak menyelami hubungan Oliver dengan sang ibu dan menyimpulkan bagaimana hal tersebut membentuk sosok Oliver dewasa. Tanpa menyuapi penontonnya dengan berbagai penjelasan, Mills sanggup memberi gambaran bahwa ada sebuah kekosongan dalam kehidupan rumah tangga Hal dan Georgia hanya melalui interaksi antara Georgia dan Oliver kecil. Lalu ada juga adegan ketika Hal yang kondisi fisiknya semakin lemah berdialog dengan Oliver mengenai alasan kenapa beliau bisa menikahi Georgia, terlepas dari fakta bahwa ia seorang gay. Adegan ini sangatlah menyentuh, mempertanyakan apa itu cinta, sampai hal yang benar-benar kita inginkan dalam hidup ini.


Dua kisah flashback di atas berbaur dengan kisah masa kini mengenai kehidupan Oliver pasca meninggalnya sang ayah. Kisah inilah yang menjadi fokus utama dan ditunjang dengan kuat oleh kilas balik masa lalu Oliver. Diceritakan Oliver bertemu dengan seorang gadis keturunan Perancis, Anna (Melanie Laurent) dalam sebuah pesta kostum. Dengan dandanan a la Freud, Oliver menarik perhatian Anna yang menangkap isyarat kesedihan dalam tatapan matanya. Dimulai dari pertemuan insidental inilah, hubungan Oliver dan Anna semakin berkembang. Hubungan manis ini turut diwarnai konflik yang berkenaan dengan karakter masing-masing mereka, mulai dari rasa takut untuk berkomitmen, sampai sikap skeptis mengenai kelanjutan hubungan yang harmonis. Ya, setiap individu memiliki personal issue-nya masing-masing, tak terkecuali Oliver dan Anna. Tak lupa kehadiran seekor anjing berjenis Jack Russell peninggalan sang ayah yang bernama Arthur, semakin memberi warna dalam hubungan mereka. Berbicara tentang Arthur, sosok anjing kecil ini adalah scene stealer yang sangat ampuh. Dengan gesture serta ekspresi wajahnya yang membuat saya ingin mencubitinya, ditingkahi dengan subtitle sebagai interpretasi Oliver akan tatapan mata si anjing kecil ini yang benar-benar berbicara. So cute!

Dengan lihai, Mike Mills sukses menghadirkan tiga hubungan dalam kehidupan tokoh utamanya—Oliver dengan sang ayah, Oliver kecil dengan sang ibu, serta Oliver dengan kekasih barunya—dalam rangkaian adegan yang saling bercampur, namun tidak terkesan tumpang tindih ataupun membingungkan. Justru semuanya mengalir dengan lancar dan berhasil memberikan emotional impact yang tepat sasaran bagi penontonnya. Seperti yang sudah saya kemukakan di atas, cerita film ini terinspirasi dari kehidupan sang sutradara sendiri. Berkaitan ataupun tidak dengan hal tersebut, yang pasti film ini terasa jujur dan intim dalam bercerita, dengan kepedulian yang mendalam pada tiap karakternya. Ewan McGregor, Melanie Laurent, dan terutama Christopher Plummer yang begitu lepas dan graceful, memberikan performa kelas satu di sini. Chemistry antar tokohnya tercipta secara natural, membuat kita peduli terhadap jalannya hubungan mereka. Ketika mereka bahagia, kita ikut merasakan aura kesenangan yang dipancarkan. Dan ketika mereka diliputi kesedihan, hati inipun ikut hancur. Dengan kata lain, Mike Mills berhasil membuat sebuah karya yang personal bagi dirinya tanpa mengucilkan penonton sebagai pihak yang ikut merasakan. Salut untuk sutradara satu ini.

Di sepanjang tahun ini, Beginners tanpa disangka-sangka sukses menjadi sebuah sajian dramedy paling berkesan bagi saya. Kandungan cerita yang heartfelt, humor yang quirky, serta karakter-karakter yang mengundang simpati adalah beberapa elemen yang membentuk kekuatan film ini. Namun di atas itu semua, kemampuan film ini untuk menyentuh saya hingga level yang sulit dideskripsikan dengan rangkaian kata adalah elemen terkuat yang membuat saya begitu kagum dengan film ini. Di setiap tahunnya, kemungkinan akan ada setidaknya satu buah film yang benar-benar terasa klop dan mengena di hati hingga tak akan pernah bosan untuk ditonton berulang kali. Dan tahun ini, Beginners adalah salah satunya.

Just my personal opinion.

Rating : 10/10