Thursday, August 21, 2008

Wall-E (2008)

Genre: Animation/Adventure/Comedy/Drama/Family/Romance/Sci-Fi

Pengisi Suara : Ben Burtt, Elisa Knight, Jeff Garlin, Fred Willard, John Ratzenberger, Kathy Najimy, Sigourney Weaver

Sutradara : Andrew Stanton

Penulis : Andrew Stanton, Jim Reardon, Pete Docter

Produser : Jim Morris, Lindsey Collins, John Lasseter

Distributor : Walt Disney Pictures

Durasi : 98 menit

"After 700 years of doing what he was built for - he'll discover what he's meant for."


Sejak kemunculan Toy Story sampai saat ini, film animasi buatan Pixar selalu
menarik perhatian saya. Yang membuat saya salut, mereka selalu bisa merubah sebuah ide sederhana bahkan yang awalnya terdengar konyol (tikus bisa masak? hello...?) menjadi suatu tontonan yang luar biasa. Dan ternyata rata-rata film produksi Pixar selalu sukses baik secara finansial maupun kualitas. Itulah yang membuat saya tertarik untuk menonton film ini. Sebenarnya, saya tidak berharap terlalu banyak karena belum lama ini saya baru menyaksikan kehebatan animasi terbaru Dreamworks, Kung Fu Panda, yang sangat menghibur. Saya sempat sangsi kalau film ini bisa menyajikan sebuah hiburan yang melebihi performa rival-nya tersebut. Tapi saya selalu berpikir, "ini film Pixar loh, apa sih yang nggak mungkin?"

Seperti biasa, film animasi Pixar selalu dibuka dengan film animasi pendek yang ceritanya tidak berhubungan dengan film bersangkutan. Film pembuka kali ini berjudul Presto. Saya tidak akan membahas lebih lanjut, tapi yang pasti film pendek ini benar-benar lucu dan menghibur. Bisa diibaratkan sebagai appetizer yang merangsang saya untuk melahap hidangan utamanya.

Lalu dibukalah film ini dengan pemandangan yang sangat mencengangkan. Seluruh permukaan bumi tertutup oleh sampah yang menggunung (adegan ini cukup membuat saya merinding, akan seperti inikah nasib bumi kita ke depan?). Kemudian muncul sebuah robot yang sedang membersihkan sampah-sampah tersebut, membentuknya menjadi kotak-kotak, dan menumpuknya sehingga tampak lebih tertata (beside the fact that they still trash). Dialah Wall-E, robot yang diperintah untuk membersihkan bumi dari sampah yang sudah overload sehingga tidak layak lagi untuk dihuni manusia.

Wall-E adalah satu-satunya robot yang masih bekerja ketika robot-robot lain sudah berhenti beroperasi dan seluruh manusia dievakuasi ke sebuah pesawat luar angkasa. Ternyata, Wall-E memiliki perasaan layaknya seorang manusia. Hari-harinya yang sepi ia lalui dengan membersihkan dan mendaur ulang sampah. Beberapa "sampah" yang menurutnya menarik ia kumpulkan untuk dikoleksi. Teman satu-satunya adalah seekor kecoak yang selalu setia menemani kemanapun ia pergi.

Suatu hari, saat sedang menjalani rutinitasnya, tiba-tiba muncul sebuah kapsul luar angkasa. Dari dalamnya muncul sebuah robot bernama EVE. Penampilan EVE yang menarik membuat Wall-E jatuh cinta. Dengan kepolosannya, Wall-E berusaha menarik perhatian EVE yang menanggapinya dengan cuek. Tapi lama kelamaan mereka pun semakin akrab, dan ketika tiba saatnya EVE untuk kembali ke luar angkasa karena tugasnya sudah selesai, Wall-E mengikutinya dengan "menumpang" pesawat yang membawa EVE.

Sesampainya di sebuah pesawat luar angkasa raksasa, Wall-E melihat pemandangan yang belum pernah ia lihat sebelumnya. Teknologi canggih serta pelayanan penuh para robot membuat manusia yang menghuni pesawat tersebut berubah menjadi makhluk pemalas dengan kondisi yang mengenaskan (baca : super gemuk). Bahkan mereka tidak tahu bumi itu seperti apa. Dengan sepucuk tanaman yang dibawa EVE dari bumi, kesempatan umat manusia untuk kembali ke bumi semakin terbuka. Tapi ternyata, ada pihak yang tidak menginginkan manusia kembali ke bumi. Dengan bantuan sang kapten pesawat beserta para robot lainnya, Wall-E dan EVE berusaha agar manusia bisa kembali ke bumi dan mengembalikan keadaan bumi seperti semula.

Di luar dugaan, Wall-E jauh melebihi ekspektasi saya. Inilah sebuah masterpiece terbaru dari Disney-Pixar dan merupakan karya terbaik dari kolaborasi mereka sejauh ini. Pesan tentang kepedulian lingkungan sangat jelas tergambar tanpa terkesan menggurui. Pemandangan bumi yang cukup mengerikan (sampah yang menjulang tinggi bak gedung pencakar langit, plus langit yang selalu terlihat gelap karena lapisan atmosfer sudah tertutupi "sampah-sampah" luar angkasa) dapat membuat kita sadar bahwa bumi kita sedang mengalami krisis yang sangat serius. Bukan tidak mungkin penggambaran di film ini suatu saat dapat terjadi. Ketergantungan manusia terhadap teknologi juga tergambar jelas dan yang pasti membuat saya tertohok. Meskipun belum separah itu, tapi saat ini gejala tersebut sudah mulai terlihat.

Kelebihan lain dari film ini terletak pada karakterisasinya. Walaupun tokoh utama kita ini tidak bisa berbicara (bunyi-bunyian ala robot tidak dihitung), hanya dari sorot mata dan
gesture-nya ia sudah berbicara banyak. Terutama saat Wall-E sedang jatuh cinta. Siapa sih yang tidak tersenyum, bahkan tertawa geli melihat kelakuan Wall-E saat berhadapan dengan EVE. Dan betapa bahagianya kita saat Wall-E akhirnya bisa akrab dengan EVE. Pixar benar-benar berhasil menciptakan satu lagi karakter yang mampu memancing emosi penonton dan pastinya memorable. Tidak berlebihan jika Wall-E disebut sebagai kandidat terkuat peraih Best Animated Feature di ajang Academy Awards tahun depan. Bahkan menurut saya film ini layak diperhitungkan untuk masuk nominasi Best Picture. Di luar itu, film ini adalah sebuah karya seni yang tak ternilai tanpa meninggalkan esensinya sebagai sebuah tontonan yang menghibur.

10/10