Tuesday, March 4, 2008

Ayat - Ayat Cinta (2008)

Genre : Drama/Romance/Religious

Pemain : Fedi Nuril, Rianti Cartwright, Carissa Putri, Melanie Putria, Zaskia Adya Mecca

Sutradara : Hanung Bramantyo

Penulis : Retna Ginatri S. Noor, Salman Aristo, Habiburrahman El Shirazy (novel)

Produser : Dhamoo Punjabi, Manoj Punjabi

Distributor : MD Pictures

Durasi : 120 menit



Inilah film yang sudah saya tunggu-tunggu sejak lama. Entah kenapa, saya begitu tertarik untuk menonton film ini. Padahal novelnya pun belum pernah saya baca. Saya hanya sempat mendengar sedikit alur ceritanya yang memang cukup menarik. Dan yang pasti penantian selama berbulan-bulan ternyata tidak sia-sia.

Bercerita tentang seorang pemuda Indonesia bernama Fahri (Fedi Nuril) yang menuntut ilmu di Al-Azhar, Mesir. Fahri terkenal sebagai pemuda yang religius. Dan ternyata, tanpa disadarinya banyak perempuan yang mengaguminya. Diantaranya Maria Girgis (Carissa Putri), tetangga satu flat Fahri. Sayangnya, Maria adalah seorang penganut Kristen Koptik, walaupun sebenarnya Fahri sangat mengagumi Maria karena ketertarikannya pada agama Islam. Lalu ada Nurul (Melanie Putria), putri seorang kyai terkenal yang sejak lama ingin melamar Fahri. Terakhir Noura (Zaskia Adya Mecca), gadis yang selalu didzalimi ayahnya, yang diam-diam menaruh hati pada Fahri sejak pertama bertemu.

Sebenarnya, Fahri juga memiliki target untuk segera menikah. Namun, ia belum juga menemukan wanita yang tepat. Fahri percaya bahwa setiap orang memiliki jodohnya masing-masing. Hingga suatu hari, di dalam kereta, Fahri menolong seorang wanita muslim yang hampir diamuk seorang pria hanya karena wanita tersebut memberikan kursinya untuk orang Amerika yang dianggap kafir. Wanita tersebut bernama Aisha (Rianti Cartwright), seorang warga negara Jerman. Pertemuan singkat tersebut cukup membuat Fahri tertarik pada Aisha.

Beberapa hari kemudian, salah seorang ustadznya menawarkan pada Fahri untuk melakukan ta'aruf (perkenalan) dengan seorang gadis yang merupakan keponakan salah seorang temannya. Fahri yang mulanya cukup ragu akhirnya, walaupun ia belum pernah bertemu dengan gadis tersebut. Setelah bertemu, Fahri terkejut karena gadis tersebut ternyata Aisha. Akhirnya Fahri benar-benar yakin bahwa Aisha adalah jodohnya. Nah, konflik yang sebenarnya baru muncul setelah pernikahan Fahri dan Aisha.

Oke lah, banyak yang bilang kalau film ini tidak sesuai dengan penggambaran di novelnya. But, who cares? Yang penting penggarapannya bagus dan feel-nya dapet. Mamang, film based on novel biasanya (atau selalu?) memiliki perbedaan dengan media sumbernya tersebut. Tapi sebenarnya novel dan film tidak perlu dibanding-bandingkan karena ada beberapa aspek yang memang tidak bisa disamakan antara novel dan film, yang membuat kedua media tersebut memiliki keunggulan dan kelemahan masing-masing.

Film ini menurut saya sangat menyentuh. Adegan-adegannya mengalun dengan indah (halah). Dasar ceritanya memang sudah bagus. Settingnya cantik, walaupun terkadang monoton plus ada beberapa gambar yang tampak kotor. Mengenai performa para pemainnya, menurut saya lumayan bagus. Chemistry yang terbangun antara Fahri-Maria-Aisha cukup berkesan. Pemeran pendukungnya juga pas, terutama Zaskya Adya Mecca yang memerankan tokoh Noura. Penonton bisa dibuat sebel dengan kelakuannya, sekaligus merasa simpati pada akhirnya. Tapi yang paling berkesan tentunya adalah karakter teman satu sel Fahri (saya lupa namanya, atau memang tidak pernah disebut?). Sangat menghibur. Layak dapat penghargaan tuh.

Sangat jarang saat saya menonton sebuah film, saya merasa terhibur sekaligus mendapatkan pengalaman spiritual yang luar biasa. Adegan yang paling saya suka adalah saat teman satu sel Fahri bercerita tentang kisah Nabi Yusuf AS lalu menasehati Fahri agar ikhlas dan sabar menghadapi cobaan. Benar-benar menggedor hati dan berhasil membuat saya merinding selama beberapa menit. Adegan "pengorbanan" yang dilakukan Aisha demi keselamatan Maria juga cukup menyentuh. Khususnya untuk para wanita yang sudah menikah pasti kena banget emosinya. Semua karakternya sangat manusiawi, terutama Fahri. Walaupun digambarkan sebagai pemuda yang taat beragama, tapi ia tetap manusia biasa yang memiliki kekurangan.

Overall, film ini 100% wajib tonton, untuk yang sudah membaca novelnya ataupun belum. Buang jauh-jauh pikiran skeptis anda cuma gara-gara filmnya tidak sesuai dengan novelnya (katanya). Menurut saya, inilah film Indonesia terbaik tahun ini.

8/10

No comments:

Post a Comment