Wednesday, October 20, 2010

Heathers (1989)

Genre : Comedy/Crime

Pemain : Winona Ryder, Christian Slater, Shannen Doherty, Lisanne Falk, Kim Walker

Sutradara : Michael Lehmann

Penulis : Daniel Waters

Distributor : New World Pictures

Durasi : 103 menit

MPAA : Rated R for violence, sexual references, and language


"Betty Finn was a true friend and I sold her out for a bunch of Swatch dogs and Diet Coke heads. Killing Heather would be like offing the wicked witch of the west... wait, east. West! God! I sound like a fucking psycho."
-Veronica-

Kalimat di atas adalah satu dari sekian banyak quote menggelitik yang bertebaran di sepanjang durasi film ini. Heathers, sebuah potret kehidupan para remaja dalam balutan dark comedy yang tajam, penuh sindiran, sekaligus cerdas. Judul film ini sendiri diambil dari nama sebuah kelompok (mungkin lebih dikenal dengan sebutan geng) yang terdiri dari tiga siswi populer bernama depan sama—Heather Chandler (Kim Walker), Heather Duke (Shannen Doherty), dan Heather McNamara (Lisanne Falk). Layaknya film-film remaja kebanyakan, clique yang terdiri dari gadis-gadis paling populer di sekolah otomatis memiliki otoritas penuh dalam hal pergaulan. Mereka seolah berada di tempat tertinggi dalam stratifikasi sosial di lingkungan sekolahnya. Dari scene awalnya saja, sudah tergambar seberapa berpengaruhnya eksistensi para Heather ini. Ah, saya jadi teringat lagu Que Sera Sera.

Veronica Sawyer (Winona Ryder)—gadis cerdas dengan selera humor sarkastik, adalah anggota keempat di geng Heathers. Wait, a non-Heather in Heathers? How could that be? Ya, meski tidak dijelaskan bagaimana awal mula Veronica bisa diterima di geng tersebut (yang tampak sudah sempurna sebagai trio), namun jelas bahwa ia memiliki sesuatu yang menarik perhatian para Heather. Tidak seperti Duke dan McNamara yang tampak agak segan terhadap pemimpin mereka—Heather Chandler, Veronica justru cenderung lebih santai saat berada di dekatnya. Sosok Veronica adalah cerminan seorang remaja yang ingin diterima dalam pergaulan dengan bergabung bersama geng populer, tidak peduli bahwa justru sebenarnya ia membenci geng tersebut. Seperti kalimat yang diucapkannya, "Well, it's just like - they're people I work with, and our job is being popular and shit." Jelas tergambar bahwa ia terpaksa bergaul dengan para Heather demi status sosial. Sebagai Veronica, Winona Ryder tampak begitu mempesona di setiap kemunculannya.

Kehadiran sosok Jason "J.D." Dean (Christian Slater)—murid pindahan bergaya cool dan misterius, semakin membuat Veronica tersadar. Kebencian terhadap Heather yang selama ini hanya ia tuangkan dalam diary, mulai diwujudkan dalam tindakan nyata. Namun, keisengan yang ia lakukan bersama J.D. pada akhirnya malah berbuah malapetaka. Sosok J.D. seolah memicu munculnya sisi gelap dalam diri Veronica. Saat bersama J.D., ia seperti kehilangan kendali atas dirinya. Mampukah Veronica terbebas dari pesona gelap J.D. yang bagai magnet bagi dirinya? Tokoh J.D. diperankan dengan sempurna oleh Christian Slater—charming sekaligus psychotic. Cukup mengherankan melihat karirnya sekarang yang tidak berkembang, padahal jelas-jelas ia bisa berakting. Dan chemistry-nya dengan Winona Ryder sungguh mengagumkan. Pasangan mematikan yang mempesona. Love them both!

Heathers mengeksplor sisi gelap kehidupan para remaja di sekolah menengah. Stereotype anak sekolahan, obsesi terhadap popularitas, sampai fenomena bunuh diri di kalangan remaja dijadikan bahan komedi satir dalam film ini. Untuk yang memiliki selera humor sarkastik, dipastikan akan sangat terhibur dengan lontaran kalimat pedas dari tiap karakternya di sepanjang film. Skrip buatan Daniel Waters ini memang cerdas dan luar biasa menghibur dengan segala kesinisannya. Tiap tokohnya diberi kedalaman yang pas, dengan pembubuhan simbolisasi untuk mempertegas sifat karakter masing-masing (misalnya warna bola kriket Heathers). Beberapa adegan terkesan agak berlebihan—terutama pada paruh akhir menjelang ending, namun secara keseluruhan apa yang ingin disampaikan film ini cukup tepat sasaran. Tingkah laku remaja yang semakin brutal dan destruktif serta blow-up media yang membuat hal-hal negatif jadi terlihat keren disampaikan dengan jelas.

Jujur, saya sangat menikmati film ini dari awal sampai akhir. Gaya humornya sangat mengena dan benar-benar menghibur. Ini adalah salah satu film remaja terbaik yang pernah saya tonton. Sedikit mengingatkan pada Mean Girls yang sudah lebih dahulu saya tonton, namun Heathers jelas lebih baik sekaligus memorable. Film ini tidak cukup hanya ditonton sekali karena setelah menonton untuk kedua kalinya, saya menemukan beberapa detail yang sempat terlewat saat pertama kali menonton. Dan yang terpenting, saya semakin jatuh cinta dengan film ini. Ini bukan berlebihan, hanya sekedar ungkapan perasaan saya saja sebagai penonton. Tidak lebih.

Now, can someone bring me a chainsaw?

Rating : 9/10

No comments:

Post a Comment