Sunday, September 26, 2010

Frozen (2010)

Genre : Drama/Thriller

Pemain : Emma Bell, Shawn Ashmore, Kevin Zegers

Sutradara : Adam Green

Penulis : Adam Green

Distributor : Anchor Bay Entertainment

Durasi : 93 menit

MPAA : Rated R for some disturbing images and language


"No one knows you're up there."


Pernahkah anda membayangkan bagaimana rasanya terjebak dalam situasi serba genting yang membahayakan nyawa anda? Sempat terpikirkah bahwa sebuah miskomunikasi dapat berakibat fatal bagi keselamatan orang lain? Gagasan itulah yang coba dituangkan Adam Green melalui naskah film terbarunya, Frozen. Naskah tersebut kemudian dieksekusi menjadi sebuah film thriller efektif yang berpusat di satu tempat dengan jumlah tokoh yang minim. Badai salju, tempat terisolir, ketinggian 50 kaki, serta kawanan serigala adalah beberapa elemen yang menghadirkan teror dalam film tentang pilihan antara hidup dan mati ini.

Tiga orang mahasiswa yang terdiri dari sepasang kekasih—Dan (Kevin Zegers) dan Parker (Emma Bell), serta sahabat Dan, Joe (Shawn Ashmore), menghabiskan akhir pekan mereka di sebuah ski resort. Setelah bermain ski sepanjang hari, mereka memutuskan untuk meluncur sekali lagi sebelum pulang. Dengan membujuk operatornya, mereka pun akhirnya diperbolehkan naik ski lift untuk kali terakhir karena resort akan segera ditutup berkenaan dengan cuaca yang semakin memburuk. Akibat sebuah kesalahpahaman, saat mereka bertiga sedang di tengah perjalanan menuju puncak pegunungan, ski lift tiba-tiba berhenti. Kekhawatiran mulai timbul saat semua lampu mendadak padam. Mereka menyadari bahwa resort telah ditutup, dan fakta bahwa tempat tersebut baru akan dibuka kembali 5 hari kemudian membuat kepanikan semakin melanda. Teror datang dalam berbagai bentuk, membuat mereka harus segera mengambil keputusan demi tetap bertahan hidup.


Dengan plot yang sangat sederhana bahkan berpotensi membosankan, hebatnya Green mampu menjadikan film ini menjadi sebuah sajian yang menarik. Dengan memanfaatkan setting yang terbatas, ia berhasil menyajikan ketegangan yang begitu intens. Semua adegan yang tampak di layar begitu meyakinkan, hal ini tidak lepas dari penampilan ketiga pemainnya. Bell, Ashmore, dan Zegers membawakan peran masing-masing dengan baik. Karakterisasinya mungkin tidak mendalam, tetapi dengan ruang gerak yang sempit itu mereka berhasil tampil natural. Hal ini membuat saya peduli terhadap nasib mereka bertiga serta ikut merasakan ketegangan yang mereka alami. Sangat jarang sebuah film thriller bisa membuat saya begitu bersimpati terhadap tokoh protagonisnya.

Plotnya memang memiliki beberapa lubang, tapi sekali lagi berkat penyajiannya yang meyakinkan, hal ini tidak begitu kentara. Bagi sebagian orang, dialog yang ada juga mungkin terasa tidak penting karena banyak membicarakan hal-hal sepele yang pernah dialami tokoh-tokohnya. Tapi jika mau dipikirkan lagi, percakapan yang dihadirkan sangatlah wajar. Saat seseorang dihadapkan pada situasi sulit seperti ini, berbagi obrolan kecil dengan orang yang sedang mengalami situasi serupa akan sangat membantu. Pengalaman sekonyol apapun akan terasa berarti saat dibagi, menyadarkan kita bahwa kita tidak sendiri, bahwa masih ada harapan bagi kita untuk bertahan hidup. Jadi, absennya dialog dengan tingkat intelejensia tinggi tidak patut dipermasalahkan. Bahkan akan terasa sangat bodoh jika kita mengharapkannya muncul disini.

Plot, karakter, serta dialog yang mampu melibatkan emosi penonton ditimpali dengan musik latar yang disajikan. Score arahan Andy Garfield ini mampu menyatu dengan mood film. Sunyi, mencekam, sekaligus mengharukan. Emosi penonton berhasil diaduk-aduk di sepanjang film. Hal teknis lain seperti efek spesial maupun sinematografinya memang tidak begitu menonjol, tetapi juga tidak mengganggu film secara keseluruhan karena fokus utamanya bukan ke arah sana. Keutamaan dari film ini adalah atmosfer tegang yang dihadirkan serta alur cerita dan karakter yang mampu menarik simpati penonton. Sebagai sebuah drama-thriller produksi baru, saya akui film ini adalah salah satu dari yang terbaik di genrenya.

8/10

2 comments:

  1. uh, frozen, filmnya actually simple, setting sederhana and tokoh cuma tiga, tapi horrornya bener2 atmospheric banget, gue kayaknya akan memandangan salju dengan berbeda2 gara film ini *gampang terpengaruh*

    btw, aktif ngeblog lagi? apa kabar grup kita ya? kapan kejakarta?

    ReplyDelete
  2. Yup. Feel horornya malah makin terasa dengan segala keminimannya. Gue mah jadi agak males naek kereta gantung. Hahaha *lebay*

    Iya nih, gara2 banyak temen yang udah punya blog, gue jadi terpacu kembali buat eksis. LOL

    Grup 21? Aduh jeung, gue udah jaraaaang banget berkunjung kesana. Ntar nyoba mampir ah. Ke Jakarta? Partner gue duluan. Giliran, mungkin bulan2 depan lah. Aamiin :)

    ReplyDelete